![]() |
Suasana Dam Raman Sore Hari |
Saya
bersyukur karena telah berkesempatan datang ke Dam Raman, kemarin Minggu
(10/9), meski sebenarnya agak telat dari waktu yang sebelumnya direncanakan,
yakni sudah mepet waktu Lohor. Di perjalanan yang tak jauh dari lokasi yang
dituju, saya sempat berpapasan dengan beberapa orang arah balik ke pusat kota,
beberapa di antaranya membawa tikar, saya menduga mereka baru saja pulang dari
Dam Raman, yang kini ramai diperbincangkan itu.
Setibanya
di lokasi, meski tebakan saya tentang beberapa orang yang membawa tikar
tersebut benar, tetapi di luar dugaan meski matahari telah tepat di atas
kepala, ternyata lokasi yang tiba-tiba seolah berubah menjadi tempat piknik
dadakan (sebelumnya sepi saat siang) itu, masih saja ramai, beberapa kendaraan
seperti mobil dan sepeda motor masih memadati lokasi yang disulap oleh warga
menjadi tempat wisata murah dan merakyat.
Beberapa
orang terlihat antri untuk bermain perahu karet dan flyng fox,
penyelenggara jeda pada saat masuk waktu salat Dhuhur, di luar ekspektasi
ketika jarum jam menunjuk angka 2 siang, orang-orang kembali berdatangan,
bahkan semakin ramai.
Dam
Raman, memang sering disebut memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi
tempat wisata, pohon-pohon besar, danau yang luas, tekstur tanah yang
berundak-undak dan suasana yang sejuk serta pantulan matahari senja di atas
danau melenngkapi keistemewaan Dam Raman. Bahkan, menurut cerita warga sekitar,
pemerintah sudah beberapa kali merencanakan untuk mengembangkan Dam Raman
menjadi tempat wisata, bahkan sempat diukur, namun rencana tetaplah rencana
hingga berbilang tahun melebihi jumlah hitungan jari tangan.
Gerakan
#Ayokedamraman yang diinisiasi warga, tak sabar menunggu rencana tersebut, di
samping karena mereka adalah warga sekitar, juga ada kejenuhan dengan model
pembangunan yang selalu terpusat, berada di tengah-tengah kota. Bermodal
semangat dan prinsip your city your responsiblity, kotamu adalah
tanggungjawabmu, mereka bergerak. Tak menunggu bulan berbilang dua, wahana
bermain segera dibangun meski tak permanen, 1 unit flying fox, 4 buah perahu
karet, dan olahraga panahan pun telah tersedia. Cepat tak terlalu banyak teori.
Darimana
uangnya? mereka urunan dan gotong royong untuk membeli dan mengadakan
seluruh perlengkapan tersebut. Apa yang mereka kerjakan ini, seolah menegaskan
kalimat, jika ada kemauan maka akan ada seribu satu jalan, sebaliknya jika
sudah tak ada kemauan, maka seribu satu alasan akan dibuat. Bukan hanya
menyediakan sarana bermain, mereka juga segera bergerak cepat memikirkan
pengadaan toilet dan musholla, sebagai salah satu kebutuhan dasar pengunjung,
kampanye untuk mengajak urunan pun kembali digencarkan.
Berbuah
manis, kampanye #ayokedamraman mendapat sambutan positif dari berbagai
kalangan, dari antusiasme warga yang datang, komunitas pemuda Purwoasri juha
memberikan support, bahkan siap mendukung dan bekerjasama dengan pegiat gerakan
#ayokedamraman, bahkan Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata dan
Asisten II Kota Metro menyempatkan diri hadir, berbincang dengan pengunjung dan
anak-anak muda yang mengelola wahana bermain di Dam Raman tersebut, Minggu
(10/9).
Mimik
senang terlihat dari senyum dan wajah mereka aparatur pemerintah yang
sebenarnya juga menginginkan Dam Raman menjadi tempat wisata, kehadiran merela
di lokasi adalah support. Memang, tak perlu biaya mahal untuk mendorong dan
mendukung warga berkembang dan berdaya, berikan kesempatan dan kepecayaan serta
jangan hambat mereka untuk berinovasi dan berkreasi.
Meskipun,
barangkali warga tak bisa menyulap Dam Raman menjadi tempat wisata besar secara
tiba-tiba, tetapi memberikan kesempatan kepada mereka untuk berkembang, membantu
promosi, menyemangati saat mereka jenuh dan mulai kehilangan semangat,
bergandeng tangan saat memang bereka membutuhkan kawan, akan menjadikan warga
sekitar berdaya dan mampu mewujudkan Dam Raman sebagai obyek wisata yang
betul-betul berbasis warga.
Bolehlah
saya membayangkan, jika keinginan-keinginan itu berjalan mulus, warga sekitar
bisa berbagi peran dengan baik, ada yang mengurusi sewa menyawa fasilitas
bermain, panahan, flying fox, perahu karet atau jenis permainan lainnya,
ada yang mengambil peran mengelola sewa menyewa pondokan (cottage) dan
parkir, ada yang menginisiasi kehadiran warung-warung kecil yang menjual
makanan, dan ke depan perlahan terbangun kultur sadar wisata, ketika
pengunjung telah ramai, warga sekitar bisa menyediakan home stay bagi
pengunjung luar kota.
Berbagi
peran itu penting, biar tak ada warga yang saling serobot dan bersaing secara
tidak sehat, dari setiap penghasilan yang didapat, disisihkan untuk
pengembangan atau perawatan lokasi wisata. Jika, hal itu terwujud, maka
pemerintah bukan hanya berhasil meningkatkan pendapatan daerah tetapi pada poin
terpentingnya, pemerintah berhasil memberdayakan warga dengan baik, dengan
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan mereka secara riil.
Sumber: (Rahmatul
Ummah/http://www.omah1001.net)
Komentar