![]() |
Dharma Setyawan in Vietnam |
Dam
Raman juga dikenal dengan banyak mitos. Dari mulai soal hantu sampai mitos akan
dibangunnya Dam Raman sebagai tempat pariwisata Metro. Setidaknya sejak umur 9
tahun, saya sudah mendengar semua orang bercerita bahwa Dam Raman akan
dibangun.
Sampai
hari ini saya berumur 29 tahun artinya sudah 20 tahun lamanya Dan Raman tetap
biasa saja, yang baru hanyalah proyek proyek pengerjaan fisik kecil. Pembenahan
tanggul, pagar besi dan cat ulang bangunan tua.
Dari
kondisi ini saya merasa perlu mengajak pemuda untuk mengkampanyekan
#ayokedamraman. Sebuah gerakan warga yang peduli terhadap Dam Raman sebagai
pilihan alternatif wisata yang murah dan berkelanjutan. Komunitas
#ayokedamraman tentu tidak bisa melakukan perubahan secepat mungkin, karena
tidak ada anggaran sebagaimana Pemerintah. Namun komunitas ini percaya bahwa
gerakan akar rumput memulai dengan membangun kesadaran warga.
Dulu
di pulau Bengkok, kawasan Dam Raman yang masuk wilayah dimulai dari jalan Sriti
IV Purwoasri Kota Metro dibangun jembatan oleh Kementerian PU. Banyak sekali
orang datang kemah di pulau itu dan acara seremonial yang begitu wah. Konon,
katanya jembatan gantung dan toilet umum yang dibangun di pulau tersebut
menghabiskan biaya ratusan juta. Namun pada akhirnya, akibat tidak melibatkan
warga dengan memantik kesadaran dan rasa memiliki, beberapa fasilitas tersebut
banyak yang hilang. Papan kayu jembatan, pintu WC dan atapnya hilang. Begitulah
risiko ketika pembangunan tidak dimulai dari pemberdayaan warga.
Komunitas
#ayokedamraman memulai dengan membuat fanpage FB dan Instagram. Saya mengajak
pemuda-pemuda untuk berdiskusi dan membuat group WhatsApp. Saya mengatakan ke
mereka bahwa kalau kita selalu berharap
ke Pemerintah tentu saja Pemerintah memiliki keterbatasan. Dana pemerintah
jelas terbatas dan terlalu lama mengonsep dengan bukti sampai 20 tahun belum
terealisasi. Era hari ini sudah banyak wisata yang diinisiasi warga tanpa harus
menunggu Pemerintah. Misal Puncak Becici Jogja wisata hutan Pinus yang dibangun
gotong royong oleh warga hanya dalam waktu 2 tahun sudah sangat dikenal.
Disitulah
saya memulai menyapa mereka, kawan, pemuda desa, dosen, paguyuban, juga
orang-orang di dinas Pariwisata kota Metro yang memiliki wewenang terkait
wisata. Pemerintah tentu punya program
pembangunan, bahkan Dam Raman katanya
sudah masuk anggaran pembangunan tahun
depan. Saya sangat berharap itu benar terealisasi. Karena membangun pulau
Bengkok tersebut jelas butuh dana miliyaran.
Saya
perlu jelaskan gerakan #ayokedamraman tidak fokus pada pulau bengkok yang
selama ini akan difokuskan oleh Pemerintah dengan dana miliyaran itu. Kata
pihak Dinas Pariwisata akan dibangun dermaga, membeli kapal besar dan membangun
di dalam pulau berbagai macam fasilitas wisata. Ya, saya sudah menunggu 20
tahun, dan semoga harapan itu benar terjadi tahun depan.
Sembari
menunggu janji pembangunan, komunitas #ayokedamraman harus terus melakukan
kerja-kerja kreatif. Tidak perlu lagi menunggu tahun depan atau bahkan 20 tahun
lagi. Komunitas #ayokedamraman dengan segala keterbatasannya tentu siap
bersinergi dengan berbagai elemen. Bertemunya kami dengan komunitas
#metrobergeliat membuat kami cepat dikenal di lini media sosial, setidaknya di
kota Metro. Banyak yang komentar positif terkait kampanye kami di media sosial.
Gerakan #metrobergeliat sangat kompeten dalam mengajak publik untuk mulai
meng-upload kenangan mereka tentang Dam Raman.
Saya
juga mengajak mahasiswa IAIN Metro untuk kampanye lewat video berdurasi 30
detik-1 menit, berisi ajakan ayo ke Dam Raman. Kemudian saya bertemu dengan
kawan saya di organisasi kampus yang berpengalaman dalam penyelenggaran
outbond. Setelah berdiskusi kami setuju untuk mengusahakan Dam Raman dengan
Wahana Outbond, Flying Fox, dan olahraga Panahan. Selain itu kami juga
berkampanye dengan berjualan kaos #ayokedamraman. Sampai hari ini sudah banyak
yang membeli dan 100% keuntungan untuk gerakan ini.
Setelah
kampanye berjalan, kami mulai berpikir tentang ide Perahu karet yang disewakan
secara murah yaitu 5000 rupiah per 30 menit. Kami dan beberapa kolega melakukan
iuran untuk membeli perahu karet total harga 2,4 juta lewat Bukalapak. Hari ini
perahu karet sudah datang melalui pos dan siap kami coba hari Minggu, sekaligus
mendidik pemuda dalam penyelenggaran outbond.
Dalam
membangun website www.ayokedamraman.com kami dibantu Lukman Hakim dan
Nasruddin. Mereka adalah kolega saya dalam mengelola halaman metrouniv.ac.id
situs website IAIN Metro. Setelah ini kami berencana membuat dermaga kecil dari
bambu dan membuat spot selfie berbentuk love dari kawat dan bunga buatan.
Setelah ini kami akan berkampanye membangun Musola sederhana. Sejauh ini banyak
yang ikut menyumbang mulai 20 ribu -1 juta
rupiah. Saya percaya bahwa kebaikan
itu menular dan warga akan bangkit rasa memiliki terhadap wisata Dam
Raman. Hari-hari selanjutnya akan banyak ide yang berhamburan, tantangannya
adalah konsisten, bisa dibumikan dan terus melakukan kreatifitas. Jika tahun
depan benar ada pembangunan di pulau Bengkok,
setidaknya kami tetap melayani pengunjung menengah ke bawah diluar areal
bengkok (terutama sekitar jembatan bendungan raman). Pada dasarnya wisata harus
diluruskan kembali. Kita terus mengajak banyak pihak untuk memahami bagaimana
wisata harus kembali ke warga dan memberdayakan warga? Bukan wisata yang
memperdayai warga, sehingga keuntungan hanya masuk ke mereka yang memiliki
modal besar. Saya mengajak Anda semua, mari dukung wisata lokal berbasis
pemberdayaan warga. Komunitas #ayokedamraman berusaha mewujudkan wisata untuk
rakyat. #AyokeDamRaman!
Dharma
Setyawan Penggiat Komunitas #ayokedamraman
Komentar