Selamat pagi, kepada
para yang tersadarkan di pagi buta nan dingin ini. Setidaknya penulis ingin terlebih
dahulu menyapa kalian yang sedang duduk bersantai sambil ditemani segelas kopi hangat
atau sedang bermain gedget terkini. Pagi buta, sekitar pukul 04:09 WIB dalam
benak penulis seketika terbesit sebuat wejangan dari sapu lidi untuk Si Dam
Raman dan hal
ini memotivasi penulis
untuk mendaratkan pemikiran yang seketika itu dalam sebuah narasi.
Penulis meyakini bahwa
kalian semua adalah para intelektual yang sudah dewasa serta waras. Sehingga
penulis mencoba memberi wejangan ini kepada diri penulis sendiri kemudian
kepada mereka yang membutuhkannya saja. Namun, pemikiran yang tinggi atas
intelektual seseorang serta kedewasaan dan kewarasan yang luhur dapat diinterpretasikan
sebagai rasa toleransi mau untuk memahami serta mau menerima kekurangan,
ketidaktahuan dan kesalahan orang lain. Manifestasi atas prilaku yang demikian
sangat jelas yaitu lahirlah prilaku ihsan yang dapat menciptakan kedamaian
serta kemaslahatan bagi individu, kelompok ataupun lingkungan sekitar prilaku
ihsan.
Ihsan dalam bahasa Arab berarti
kesempurnaan atau terbaik. Sedangkan dalam prespektif agama islam ihsan adalah seseorang yang beribadah kepada
Allah SWT seolah-olah melihat-Nya dan jika orang tersebut tidak mampu
membayangkannya, maka orang tersebut membayangkan bahwa seolah-olah Allah SWT
yang melihat perbuatannya. Dengan demikian maka seseorang tersebut akan
berusaha untuk beramal shaleh atau berbuat kebajikan kepada siapa pun dimana
pun dan kapan pun. Sehingga akan tercipta iklim perdamaian yang diwarnai oleh rasa
aman, nyaman, senang, riang, bahagia dan saling melengkapi.
Sembari menulis narasi
ini, di pertengahan penulis mendapatkan bantuan magis dari sosok yang dituakan
berupa petuah sederhana yang menerobos tajam kedalam saraf-saraf otak dan
melahirkan sebuah gagasan yang semula hanya seketika terbesit menjadi lebih
terkonsep dan lengkap mengenai wejangan sapu lidi untuk Si Dam Raman.
Teringat
kembali pada selasa, (20/5) di Pemilu Presiden 2014 KPU mempublikasikan
nawacita orang nomor satu di negeri ini, yaitu Bapak Presiden Joko Widodo dan
orang nomor dua di negeri ini yaitu Bapak Wakil Presiden Jusuf Kalla yang salah
satu nawa citanya berbunyi “membangun Indonesia dari pinggiran dengan
memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan”.
Harapan
tersebut memiliki kaitan erat dengan visi Kota Metro saat ini, seperti yang
dicanangkan oleh orang nomor satu di Kota Metro yaitu Bapak Walikota Achmad
Pairin dan Orang nomor dua di Kota Metro yaitu Bapak Wakil Walikota Djohan. Visi yang diusung oleh kedua pasangan
tersebut adalah “Mewujudkan Kota Metro Sebagai Kota Pendidikan dan
Wisata Keluarga berbasis Ekonomi Kerakyatan Berlandaskan Pembangunan
Partisipatif”.
Dewasa kini, Si Dam Raman menjadi perbincangan yang begitu
hangat oleh kalangan pemuda desa, para kaum alay, kelompok masyarakat,
mahasiswa, dosen dan masih banyak yang lainya. Semuanya membincangkan evolusi
Si Dam Raman yang semula akrab dikenal dengan genangan air berbau rawa, penuh
mitos buaya yang hidup di dalamnya, tempat mesum sampai banyak terjadi kasus
kejahatan palak-memalak dan pembegalan sepeda motor menjadi Si Dam Raman yang
berwajah baru.
Si Dam Raman telah berevolusi menjadi sebuh tempat rekreasi
yang asyik dan menyenangkan serta aman. Semuanya ramai-ramai membincangkan
lewat media sosial (Facebook, Instagram, Twitter, Blackberyy Massenger,
whatsaap, website), diskusi-diskusi kecil dilorong kampus atau dalam
obrolan sederhana dan santai. Hal ini menegaskan bawasanya banyak pihak yang
mempunyai harapan besar agar Si Dam Raman kelak dikemudian hari menjadi objek
wisata baik sekala lokal, nasional ataupun internasional.
Sebenarnya Si Dam Raman adalah sebuah waduk atau danau
buatan sejak zaman kolonial Belanda yang terletak
di ujung Metro Utara kelurahan Purwoasri, perbatasan antara Metro – Lampung
Tengah.
Waduk ini memiliki luas lahan seluas 26 ha yang terdiri 24
Ha lahan eks Benkok dan 2 Ha hutan sengon. Selain itu, waduk ini merupakan
sumber potensi air terbesar di kota Metro, hanya berjarak 8 Km dari pusat Kota
Metro dan 55 Km dari Bandar Lampung.
Ya benar, Si Dam Raman kini sudah mulai mendapatkan animo
masyarakat setempat dan sekitarnya. Hal demikian berdasarkan atas kunjungan
sekitar 500 pengunjung ke Dam Raman pada Ahad, 24 September 2017 seperti yang
diungkapkan Dharma Setyawan. Para pengunjung yang datang asyik menikmati
beberapa wahana seperti perahu karet, panahan, flaying fox serta spot
selfie yang apik.
Evolusi Si Dam Raman tidak serta merta terjadi begitu saja
melainkan membutuhkan banyak curahan fikiran, perasaan, keringat serta biaya.
Ibarat seorang artis layar kaya pasti ada pemain yang berada di balik layar.
Mereka itu adalah para Komunitas Ayo Ke Dam Raman, Paguyuban Purwoasri,
Panbers, Relawan-relawan seperti pasukan Cyber Metro Univ, Metro Bergeliat dan
masih banyak lagi yang turut membantu dalam mengupayakan Dam Raman menjadi
objek wisata.
Kendati demikian pengelolaan Dam Raman masih terhitung
sangat sederhana karena dikelola oleh warga dengan kesadaran diri sendri dan
kesederhanaan sehingga masih banyak membutuhkan sumbangsih dari banyak pihak (Stakeholder).
Karena untuk mempercepat pembangunan Dam Raman menjadi objek wisata perlu
banyak pembenahan serta proses edukasi masyarakat supaya wisata berjaya di atas
kesejahteraan rakyat.
Apa yang sudah dilakukan oleh Komunitas Ayo Ke Dam Raman,
Paguyuban Purwoasri, Panbers, Relawan-relawan seperti pasukan Cyber Metro Univ,
Metro Bergeliat merupakan manifestasi dari kesadaran warga untuk turut
berpartisipasi dalam sebuah pembangunan. Meskipun dengan banyak keterbatasan
dan kesedehanaan mereka jelas telah berani dan mampu untuk mulai mewujudkan
nawacita pasangan Pres dan Wapres Jokowi-JK yaitu Membangun Indonesia Dari
Pinggiran. Bahkan bukan hanya itu saja, tetapi apa yang sudah mereka
lakukan memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan visi Kota Metro
2017 yaitu Mewujudkan Kota Metro sebagai Wisata Keluarga berbasis Ekonomi
Kerakyatan Berlandaskan Pembangunan Partisipatif seperti yang dicanangkan
oleh pasangan Walikota dan Wakil Walikota Metro Pairin-Djohan.
Supaya semakin jelas dan gamblang dalam memahami
keterkaitan nawacita dan visi Kota Metro dengan kesadaran warga dalam
mewujudkan Dam Raman sebagai objek wisata, penulis akan mencoba memaparkan
secara lebih rinci.
Pertama, keterkaitan objek wisata Dam Raman dengan nawacita yaitu kondisi geografis Dam Raman
yang terletak di ujung Metro Utara kelurahan
Purwoasri merupakan wujud pembangunan Indonesia dari pinggiran karena selama
ini destinasi masyarakat Kota Metro terpusat di Taman Merdeka yang berada di
jantung Kota Metro. Sehingga pertumbuhan kreatifitas warga dan aktifitas
ekonomi lebih banyak hidup di Taman Merdeka dan lingkungan sekitarnya
dibandingkan wilayah-wilayah pinggiran Kota Metro yang lainya. Namun, bila Dam
Raman kelak berhasil menjadi objek wisata yang berkelanjutan maka akan mampu
memecah konsentrasi warga sehingga kreatifitas warga dan aktifitas ekonomi
tidak hanya berpusat di jantung Kota Metro melainkan ke pinggiran kota
khususnya Metro Utara. Hasilnya akan semakin banyak warga yang diuntungkan
karena terbuka lapangan pekerjaan dan sekaligus sebagai proses edukasi warga
mengenai pengelolaan objek wisata.
Kedua, keterkaitan objek wisata Dam Raman dengan Visi Kota Metro 2017 yaitu pengelolaan Dam
Raman menjadi objek wisata oleh kesadaran warga adalah wujud dari pembangunan
partisipatif dimana warga ikut andil dalam mengelola Dam Raman menjadi objek
wisata baik sebagai tukang parkir, tukang bersih-bersih, petugas permainan
prahu karet, panahan, flying fox
dan tim penjaga. Selain itu, pengelolaan Dam Raman menambah Wisata Keluarga yang
ada di Kota Metro karena pesonanya yang masih alami, sejuk, indah dan luas
serta banyaknya permainan keluarga yang seru. Objek wisata Dam Raman juga
berbasis ekonomi kerakyatan karena rakyat mempunyai peran dalam pengelolaannya.
Sehingga kesejahteraan rakyat akan menjadi lebih baik.
Potensi yang dimiliki Dam Raman untuk menjadi objek wisata
sangat besar namun proses untuk sampai di Dam Raman menjadi objek wisata sekala
lokal, nasional dan internasional masih sangat panjang. Terlebih lagi saat ini
upaya pengelolaan Dam Raman hanya sebatas kesadaran warga yang masih
membutuhkan banyak pembenahan disegala bidang.
Si Dam Raman ini akan menjadi objek wisata yang mampu
menyedot animo masyarakat lokal, nasional serta internasional apabila
pengerjaanya lebih banyak lagi pihak yang dilibatkan dalam pengelolaan Dam
Raman menjadi objek wisata. Terlebih lagi pengelolaan Dam Raman menjadi objek wisata
selaras dengan nawacita pasangan Jokowi-JK dan Visi Kota Metro 2017. Seperti
wejangan sapu lidi yang sudah tidak asing ditelinga kita, seperti ini wejangan
atau nasehatnya “ lidi yang hanya satu saja tidak akan mampu digunakan untuk
membersihkan setumpuk sampah, bahkan selembar sampah pun tidak akan pernah bisa.
Namun, bila lidi tersebut yang berjumlah banyak kemudian diikat menjadi satu
maka akan mampu membersihkan selembar atau setumpuk sampah”. Wejangan ini
bermakna jika pengelolaan Dam Raman hanya diserahkan kepada warga seperti saat
ini maka akan sangat panjang menuju terciptanya Dam Raman menjadi objek wisata
yang mimpikan. Atau bahkan hanya akan begitu-begitu saja namun akan berbeda
bila pemerintah daerah dan pemerintah pusat ikut berpartisipasi dalam
pengerjaannya maka untuk mencapai Dam Raman menjadi objek wisata yang
dimimpikan akan semakin besar mencapainya. Akan tetapi jangan melupakan
kesejahteraan warga adalah yang utama.
Penulis : Elvan Firmansyah (Pegiat Bank Sampah
Cangkir Hijau II)
Komentar