Pra kata
Cerita
ini tidak menggambarkan satu tokoh atau pemeran utama, cerita ini adalah awal
kami tau dan menjadi awal kami andil untuk Dam Raman, #Mahasiswa-IAIN-Metro-Esy-E
Kapan Kita Andil?
“Cah kita belajar apaan si?” suasana
pagi menjelang siang saat dosen pengampu menyampaikan mata kuliah, ketepatan di
hari rabu semester tiga ini mata kuliah jam pertama kami adalah Matematika
Ekonomi 1. Maklum, sekumpulan anak yang mugkin salah jurusan atau dulunya tidak
belajar dengan sungguh-sungguh akan sepemikiran dengan saya, sambil cengengesan
mahasiswa yang duduk di sebelah saya berbisik, menjawab keluhanku tadi “ini
pelajaran SMP tapi nggak tau lah, udah lupa”. Dosen terus melanjutkan
penjelasan, tapi semua seakan menjadi dongeng yang indah nan merdu untuk jadi
pengantar tidur kami.
“ibu ahiri perkuliahan hari ini,
wassalamualaikum….wr..wb” Nah itu dia perkataan yang sedari tadi kami
tuggu-tunggu, susana yang tadi terlihat kurang asik secara derastis berputar
seratus delapan puluh derajat, bising suara penghuni kelas mengusir rasa kantuk
yang menyelimuti. “temen-temen ayok pindah ke lantai tiga” suara ketua kelas,
dengan nada khas kaum hawa. Itulah kelas kami, wanita lebih berani di depan
untuk memimpin di bandingkan kaum adam.
Kalian pernah liat saat rombongan
bebek berpindah tempat, di giring oleh pemiliknya, pasti akan terdengar suara
bising yang terus berjalan bersumber dari rombongan itu, lagi-lagi itulah
mahasiswa kelas kami, suara bising kami kini berhenti di ruang paling ujung
lantai tiga, mungkin kehadiran suara kami di depan ruang itu sedikit mengganggu
sang dosen pengampu yag sedang menyampaikan materi. Nampak wajah dosen yang terlihat sedikit
serius keluar dari ruangan itu dan sedikit berteriak pada rombongan kelas kami
“heh…! Bisa pada diem nggak!” sontak seluruh kawanku membisu, seperti son
sistem yang di jabut sumber listriknya. Hening sesaat dan saat dosen itu hendak
masuk untuk melanjutkan penyampaian materi “nggak usah ribut lagi ya!, kalo
kalian mau ketemu dosen ganteng kaya saya, ya harus sabar”;D…..ups, dia
kemudian masuk. Oke, kami hanya
cekikikan mendengar perkataan itu dan memelankan obrolan yang tidak terlalu
pentig untuk menunggu dosen yang super pd itu.
Untuk para pengajar, memang
terkadang seorang pelajar membutuhkan seseorang yang keras untuk membimbing
kami, namun di sisi lain kita membutuhkan juga seorang pengajar yang bisa
menyesuaikan diri pada generasi kami.
Beberapa menit kemudian;
Setelah memperkenalkan
diri panjang kali lebar kini kami tau siapa dosen yang tadi ngaku ganteng itu,
kita bisa memanggil beliau pak Dharma, “buku apa yang telah kalian baca,
berkaitan dengan mata kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam?” pertanyaan pak
dosen yang seharusnya tidak perlu di pertayakan, karena sudah jelas jawabannya
90% dari kami, pasti belum membaca apa-apa tentang itu. Saya berani mengatakan
ini adalah masalah yang telah kronis, generasi kami memang lemah dalam hal itu
(membaca buku). Tapi sebenarnya masih banyak solusi untuk hal tersebut. Ruangan
kelas itu menjadi hampa, karena jawaban dari kita tidaklah memuaskan, ke dua. “kalian
tau penulis sekaligus tokoh yang bernama Pramoedea Ananta Teor?………” dan 100%
dari kami tidak ada yag tau, luar biasa. (tentang tokoh tersebut bisa anda cari
di google seperti apa perjuangannya di masa lampau)
Tapi pertanyaan yang ke tiga ini
berbeda, sebagian besar anak cewek di kelas kami menjawab tau dengan wajah
senyam-senyum bahagia karena hal yang menjadi faforit mereka di pertanyakan dan
para cowok ikutan berisik merubah suasana kelas itu, ya jelas saja karena
pertanyaan dari dosen itu adalah “kalian tau filem-filem drama korea…?” dosen
itu menanyakan hal tersebut dengan gayanya yang nampak berbeda dari dosen
lainnya, pertanyaan yang tepat sasaran (untuk sebagian besar generasi kami).
Nampaknya setengah jam bapak Dharma
berinteraksi dengan kami menjadikan beliau sedikit paham tentang pemikiran
mahasiswa didiknya. “kalian pernah ciblonan?” (kebiasaan anak kampung ‘berenang
di sungai/ledeng’) nada guyonan dari beliau menjadikan kami semua tertawa, dan
sebagian dari kami menjawab tau, terutama saya yang berasal dari
pelosok..hhh.;D “Nah kalo saya tanya tentang sejarah ekonomi islam tidak tau,
tokoh penulis yang menjadi faforit saya tidak tau, kita bahas itu
ajalah..Emmm?” pak Dharma (dosen) melanjutkan pembicaraannya tadi yang sempat
terpotong oleh gelak tawa kami, ia juga
sempat berhenti sejenak sambil memikirkan sesuatu, dan salah satu dari kami ada
yang tiba-tiba menjawab “bahas ciblonan pak…hhh!” suasana kelas itu menjadi
penuh tawa apalagi setelah dosen reflek menjawab “cangkemmu!:D…”… “nah tapi yo
bener :D”. Benar-benar dosen yang berbeda dari para dosen lainnya.
Setelah suasana kelas berubah
menjadi sedikit lebih tenang beliau melanjutkan pembicaraannya, “iya bapak akan
membahas ciblonan, dari pada ngomogne sejarah koe yo do ora dong…;D… iyo to?”
pembicaraan yang terkadang bercampur dengan bahasa daerah (jawa) menjadikan
kekhasan beliu dikelas kami dan caranya menyampaikan yang berbeda menjadikan
kami lebih sering tertawa daripada diamnya. “beberapa taun yang lalu tempat itu
memang menjadi tempat ciblonan saya, dan setau saya sudah beberapa taun lalu
juga pemerintah memiliki rencana untuk membangun tempat itu, tapi ya karena
kurangnya melibatkan warga sekitar, menjadikan tempat itu, tempat yang kurang
memberikan daya tarik tentunya” ujar bapak Dharma dan kemudian melanjutkan
pembicaraan pada kita semua “kalian tau kan Dam Raman?” sebagian besar mereka yang
tinggalnya sekitaran kota metro pasti tau, tapi kalo saya yang berasal dari
ujung lampung baru tau saat ini setelah beliau bicara :D. “ya di sana tempat
ciblonan saya dulu” nada khas seorang Dharma (pak dosen) yang pandai bercada.
“nah sekarang kita santay aja,….kita
alihkan jam kuliah kita ini, untuk tidak membahas mata kuliah, setuju semua?!”…
pembaca pasti tau ekspresi dan jawaban kita kan. “setuuujuuu!” iya itu jawaban
dan wajah-wajah ceria terpampang di hadapan dosen yang sedang berdiri di depan kami
semua, di ruang itu. Pak Dharma kemudian
menyambung pembicaraannya “dulu di sana memang pernah hendak di jadikan tempat
wisata, tapi ya…alah ngunu kaelah poko e dadine..:D…, nah jadi bapak yang dulu
pernah ciblonan di sana. Sekarang dengan warga sekitar akan memulai merawat
tempat itu lagi, dan terus mengelola untuk menjadika tempat itu tempat wisata,
tanpa menunggu bantuan dana dari wakil-wakil kita”…. Obrol sana obrol sini,
guyonan terus ada di sela-selanya, dan pak Dharma sepakat untuk mengajak kami
ikut hadir ke sana di hari minggu lusa, namun beliau tidak mewajibkan semuanya,
cukup yang tidak memiliki kesibukan saja.
Waktu melompat singkat dan di hari
minggu ini, kita beberapa mahasiswa hadir ke sana (Dam Raman)
“Ini
gambar-gambar di IGnya” kawanku menunjukkan foto tersebut dari hpnya di IG
@ayokedamraman…:D
Melihat
perkembangannya di sini memang warga sangat berperan penting, kami sebagai
mahasiswa membantu warga sekitar untuk mewujudkan tempat pariwisata ini.



Dan yang
nantinya akan terus di kembangkan menjadi tempat wisata yang menarik untuk di
kunjungi. Salam untuk Anda-anda yang kami hormati, kami Mahasiswa berusaha
untuk hadir dan membantu mewujudkan impian mereka. Dan untuk anda yang
berkantong tebal, kamipun tidak meminta sumbangan dan kami tidak mengharapkan
itu, tapi anda seharusnya tau potensi apa yang ada di Dam raman ini, kapan
Anda-anda yang kami hormati meletakkan beberapa buku yang asyik di baca di sana
(membangunkan sejenis perpustakaan yang menarik, karena suasana alam yang asli
menjadikan kita lebih berfikir positif, maka alangkah bagusnya jika di ligkugan
dam raman terdapat tempat yang tanpa asap rokok dan sesaat tanpa hanpone ‘taman
membaca’ di sana mungkin akan bisa
menjadi salah satu solusi yang menolong generasi kami) kapan Anda-anda yang
bekantong tebal dan bersifat dermawan terutama yang memiliki kedudukan membawa
bunga-buga atau jenis permainan lainnya untuk menambah kecantikan dan daya
tarik Dam Raman ini, kapan Anda-anda menjadi pemilik jiwa-jiwa yang bersifat
membangun Negeri, bukan jiwa yang memperkaya diri sendiri, seperti mereka :
#masyarakat#mahasiswa#dll, yang belum saya sebutkan#pertanyaannya tetap sama, kapan
kita andil untuk membangun Dam Raman?
#Salam-Mahasiswa-IAIN-Metro-Ekonoi
syaria’ah-E
#Terimakasih untuk
pak Dharma (dosen) yang memperkenlkan kami dengan Dam Raman & mengajak kami
ikut andil di sana, semoga kita bisa menjadi cermin mereka#
SEKIAN
Penulis: Syukron Setiawan
Komentar